Operasional kantor : Senin - Jumat Pkl. 08.00 - 17.00 WIB, online Senin - Jumat 24 jam
Tanggal
02 06-25
1

Membangun Papua Digital: Jembatan Cahaya di Tanah Kencana

berita-1

Bayangkan Papua sebagai sebuah permadani raksasa, ditenun dari benang-benang budaya, alam, dan mimpi masyarakatnya. Digitalisasi adalah jarum dan benang yang menyatukan pola-pola itu, menghubungkan kampung-kampung terpencil di pegunungan dan tepi laut ke dunia yang lebih luas dan lega.

Tapi, menjahit permadani di tengah hutan lebat, bukit terjal, dan ombak lautan bukanlah sekadar pekerjaan membalikkan telapak tangan. Di Papua, digitalisasi adalah bak membangun jembatan cahaya—jembatan yang membawa sinyal internet, peluang ekonomi, dan segumpal asa. Dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Komdigi sebagai penutur cerita, pemerintah dan masyarakat Papua sedang menulis babak baru: sebuah Tanah Kencana yang terkoneksi, produktif, dan inklusif.


Infrastruktur Digital: Menancapkan Tiang Cahaya

Membangun infrastruktur digital di Papua itu seperti menancapkan tiang listrik di tengah badai—tapi tiang itu harus berdiri kokoh agar lampu bisa menyala. Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria, dalam sambutannya di Pos Angkatan Laut Skouw Sae pada 21 Mei 2025, menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen memastikan setiap warga negara, termasuk di Papua, mendapatkan hak yang sama untuk mengakses konektivitas digital.

Bukti nyatanya? Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) dan 351 desa di enam provinsi Papua yang kini tersambung sinyal BTS 4G sejak Oktober 2024 hingga Mei 2025, dengan ketersediaan layanan mencapai 84,24% per 10 Mei 2025. “Kehadiran SATRIA-1 mempercepat pemerataan konektivitas, terutama di wilayah geografis yang sulit dijangkau,” ujar Wakil Menteri.

BAKTI Komdigi menjadi tulang punggung di sini. Mereka menjalankan empat program unggulan: menyediakan akses internet di 1.354 titik layanan publik seperti sekolah, puskesmas, kantor desa, dan pos pertahanan (dengan kualitas layanan 89,55% per April 2025), membangun BTS 4G, mengelola kapasitas SATRIA-1, dan menarik tulang punggung fiber optik ke kabupaten yang belum dilirik swasta.

Walikota Jayapura, Abisai Rollo, dalam acara yang sama, menyambut baik inisiatif ini, menyebutnya sebagai “angin segar” bagi masyarakat di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Sementara itu, Komandan Lantamal Jayapura, Brigadir Jenderal TNI (Mar) Freddy Jhon H. Pardosi, menambahkan bahwa konektivitas ini juga memperkuat pos-pos pertahanan di perbatasan.

 

Ekosistem Digital: Menyemai Benih Masa Depan
Kalau infrastruktur digital adalah tiang dan kabelnya, ekosistem digital adalah taman yang tumbuh di sekitarnya. Ini soal bagaimana masyarakat Papua—dari pelajar di Mamberamo hingga pedagang di Biak—memanfaatkan internet untuk belajar, berjualan, dan bermimpi lebih besar.

Menteri Komdigi, Meutya Hafid, pernah bilang, “Bisnis yang tidak digital akan tertinggal, bahkan mati tergilas zaman,” mengutip Bill Gates. Di Papua, ini berarti UMKM lokal seperti pengrajin noken atau petani cokelat di Pegunungan Arfak bisa menembus pasar global lewat platform digital. Asisten I Setda Provinsi Papua, Yohanes Walilo, menegaskan pentingnya pelatihan literasi digital, dengan rencana menambah 250 titik VSAT di 2025 untuk sekolah dan layanan publik di daerah seperti Kepulauan Yapen dan Waropen.

 

Tantangan: Menyeberangi Sungai yang Berarus Deras
Tapi, perjalanan menuju Papua digital bukan tanpa rintangan. Bayangkan ini seperti menyeberangi sungai berarus deras dengan perahu kecil—angin kencang dari tantangan geografis, keamanan, dan kesiapan SDM terus mendera. Wamen Nezar Patria mengakui bahwa membangun konektivitas di Papua membutuhkan “ketekunan, kesabaran, dan kerja sama banyak pihak” di tengah medan terjal dan kondisi keamanan yang tak selalu stabil.

Tragedi seperti kecelakaan laut tim BAKTI di Muara Serui pada Februari 2025 juga mengingatkan kita akan pengorbanan besar di balik layar. “Mereka adalah pejuang pemerataan infrastruktur digital sejati,” ujar Fadhilah Mathar, Direktur Utama BAKTI Komdigi, mengenang tim yang gugur demi menyalakan “mercu sinyal” di pelosok Papua.

 

Cahaya di Ufuk Timur
Digitalisasi Papua adalah seperti menyalakan lentera di tengah malam—cahayanya mungkin baru terlihat di beberapa titik, tapi perlahan akan menerangi seluruh permadani Tanah Kencana. Dengan SATRIA-1, BTS 4G, dan program BAKTI Komdigi, Papua sedang melangkah menuju masa depan yang terhubung. Ini bukan cuma soal teknologi, tapi soal pelajar di Teluk Wondama yang bisa belajar online, mama-mama di pasar Intan Jaya yang bisa jualan via aplikasi, dan pos-pos perbatasan seperti Skouw yang punya sinyal untuk berkomunikasi.

Kata Wamen Nezar Patria di Pos Angkatan Laut di Skouw Sae, “Dedikasi para prajurit dan tim teknis telah membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat Papua untuk terhubung dan maju bersama.” Kita harus jaga lentera ini agar terus menyala. Papua digital bukan cuma mimpi—ia sedang dibangun, satu tiang, satu sinyal, satu asa pada satu waktu yang sama. Akan indah jika kita dukung cerita ini sampai purna dalam akhir yang bahagia.***

Artikel Media

Siaran Pers